Jagalah lisan kita dari mencela, mencemooh atau merendahkan orang lain atas kesalahan atau aib yang dimilikinya. Karena boleh jadi, apa yang kita omongkan akan kembali kepada kita sebagai pembuatnya.
Dalam bukunya yang berjudul Ushûl Al-Wushûl ilâ Allâh Ta’âlâ, Muhammad Husayn Ya’qub, menukilkan satu kisah menarik.
Satu kali, Al-Kissâ’i dan Al-Yazidi, berkumpul di istana Khalifah Harun Al-Rasyid. Saat tiba waktu shalat Maghrib, Al-Kissâ’i (seorang ahli qira’at terkenal) diminta untuk menjadi imam.
Di tengah shalat, tiba-tiba dia gemetar dan melakukan kesalahan saat membaca surat Al-Kâfirûn.
Setelah shalat usia, Al-Yazidi berkomentar, “Bagaimana mungkin seorang pakar qiraat dan imam Kufah sepertimu gemetar dan lupa saat membaca surat Al-Kâfirûn?”
Saat tiba shalat Isya, Al-Yazidi mendapat giliran untuk menjadi imam. Ternyata, dia pun melakukan kesalahan justru saat membaca surat Al-Fâtihah. Maka, seusai shalat Al-Kissâ’i menyindirnya lewat sebuah syair.
“Jagalah lisanmu. Jangan sampai dirimu termakan omonganmu sendiri. Sesungguhnya, bencana datang karena ucapan yang tidak terkendali.”