Zikir yang kita lakukan akan terasa nikmat, menenangkan, menenteramkan dan membawa pengaruh dahsyat dalam kehidupan, manakala dilafazkan dengan sepenuh pemahaman, rasa takzim dan khusyuk.
Kalimat-kalimat zikir akan menjadi obat bagi hati yang sakit, sekaligus air dingin yang menyegarkan bagi dahaga jiwa yang akut.
Maka, tidak sekadar mengucapkan dan membacanya berulang-ulang, memahami dan meresapi apa yang kita baca merupakan sebuah keharusan. Hanya dengan cara inilah, zikrullah akan membawa perubahan dalam hidup.
Maka, Ibnu Atha’ilah As-Sakandari menasihatkan:
Ketika engkau mengucapkan “subhânallâh”, hendaklah tertanam pensucian terhadap Allah dalam hatimu. Karena itulah, kalimat tasbih disyariatkan untuk dibaca kala ruku, sujud, dan selepas shalat.
Ketika engkau melafalkan “alhamdulillâh”, yaitu pengakuan bahwa segenap nikmat datang dari Allah dan semua adalah milik-Nya, hendaklah tertanam rasa syukur di dalam hatimu.
Ketika engkau menyuarakan “Allâhu Akbar”, hendaklah terpancang pula makna pengangungan di dalam hatimu.
Maka, setiap zikir menanamkan makna dan kebenaran akan ma’rifat (pengenalan) Ilahiyah dalam hati sesuai dengan kebutuhanmu.