Hafizh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah berujar, “Hendaklah kita mengukur ilmu bukan dari tumpukan buku yang kita baca, bukan dari tumpukan naskah yang kita tulis, bukan pula dari penatnya mulut dalam diskusi (atau berceramah), akan tetapi ukurlah dari amal saleh yang keluar dari setiap desahan napas kita.”
Maka, terkait hal ini, ada teladan kebaikan yang dicontohkan oleh Al-Imam Muhammad Idris Asy-Syafi’i. Dalam sejumlah syairnya dia berujar:
“Ilmuku selalu bersamaku dan berguna ke mana pun aku pergi. Dia termuat di hati bukan di dalam laci. Saat aku di rumah, ilmu bersamaku. Atau, ketika di pasar, dia pun ikut menyertai.”
Dia pun berkata, “Al-‘ilmu dakhala ma’a shâhibihil hammâm. Ilmu adalah apa yang masuk ke kamar mandi bersama pemiliknya.”
(Al-Hikam Al-Imam Asy-Syafi’i: Mutiara Hikmah dan Syair Indah Imam Ahlussunnah)