Di antara orang yang merugi adalah dia yang sibuk mengumpulkan amal kebaikan, entah melalui sedekah, shalat, tilawah, shaum, dan lainnya.
Namun, setelah pahala terkumpul, dia membagikannya secara cuma-cuma kepada orang lain sampai saldo pahalanya berkurang drastis, bahkan habis.
Bagaimana bisa?
Ghibahlah jawabannya. Gosiplah penyebabnya. Saat berghibah, saat itu pula kita mentransfer pahala kepada orang yang dighibahi. Jika kita tidak lagi pula saldo pahala, keburukan orang yang dighibahi ditransfer ke rekening kita. Rugi bukan?
Ada satu perkataan dari Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah:
“Andai bukan karena benci maksiat kepada Allah, (niscaya aku akan lakukan maksiat). Dan sungguh, aku berangan-angan andai semua penduduk kota ini mengghibahku (menggosipkanku).
Tidak ada sesuatu yang lebih membahagiakan melebihi orang yang melihat pahala yang tertulis di catatan amalnya, sementara dia tidak pernah mengamalkannya.”
(HR Al-Baihaqi, Syu’abul Iman, 5/305)