Baik tidaknya kehidupan seorang Muslim sangat ditentukan oleh baik tidaknya shalat-shalat yang dia lakukan. Demikian halnya dengan kebaikan rumahtangga sepasang suami istri, sangat ditentukan oleh baik tidaknya kualitas shalat keduanya.
Bagaimana jika shalatnya belum terasa nikmat dan masih sering telat? Shalatnya belum berjalan khidmat? Untuk bisa khusyuk apalagi, masih jatuh bangun?
Sejatinya, untuk bisa shalat tepat waktu lagi nikmat terasa, butuh ilmu, proses panjang, riyadhah dan doa terus menerus.
Maka jangan patah semangat! Selama ada asa, doa dan ikhtiar nan optimal, selama itu pula peluang agar bisa nikmat kala shalat tetap terbuka lebar.
Seorang ulama sekaligus ahli ibadah terkemuka dari kalangan tabiin, Tsabit bin Aslam Al-Banani, mengungkapkan pengalamannya.
“Aku mengalami kepayahan dalam mengerjakan shalat selama 20 tahun, kemudian aku bisa menikmatinya selama 20 tahun pula!” (Ibnul Jauzi, Shifatush Shafwah, 3:260)